ISLAMISASI dan ARABISASI
A. Islamisasi
Islam merupakan
agama samawi ketiga setelah yahudi dan nasrani. Sebelum datangnya agama islam
di dunia, khususnya di timur tengah (Arab Saudi) orang-orang arab dikenal
dengan sebutan orang-orang jahiliyyah, yang diambil dari asal kata “jahlun”.
Jahlun tersebut bukan lawan dari kata ‘ilmun, akan tetapi yang
dimaksud jahlun disitu adalah lawan dari kata hilm.[1] Yang
mana sebelum islam datang bersamaan nabi Muhammad, orang-orang arab mempunyai
kebiasaan-kebiasaan yang buruk menurut ajaran islam, seperti menyembah berhala,
berfoya-foya, dan juga mereka mengalami kemerosotan moral, walau pada waktu itu
mereka adalah banyak yang melahirkan karya-karya sastra. Hingga akhirnya pada
abad ke 6 lahirlah utusan dari allah yang membawa agama islam. Dari sinilah
islam mulai perlahan masuk dan berkembang, islam datang sebagai rahmat lil
‘alamin, sedikit-demi sedikit rasulullah mengikis orang-orang jahiliyyah dari
kekufuran dan dari jalan yang sesat, serta dari perbuatan-perbuatan animisme, yang
mana hal tersebut dinamakan dengan Islamisasi, yaitu pengislaman.
Istilah islamisasi
pertama kali dicetuskan pada awal 1970an oleh syed Muhammad Naquib al-Attas, seorang
pemikir yang lahir di Bogor yang hijrah dan menetap di negeri jiran, kata
beliau Islamisasi merupakan pembebasan manusia dari magic, mitos animisme dan
tradisi kebudayaan kebangsaan, serta dari penguasaan sekuler atas akal dan
bahasanya.[2] Islamisasi
yang muncul pada tahun 80 an dan mempunyai makna yang seperti itu, bukanlah
sebuah bid’ah, karena islamisasi tak lepas dengan membawa manusia kepada
keimanan dan ketauhidan, sebagaimana yang dilakukan para nabi dalam penyebaran
islam. Islamisasi semakin berkembang dari masa ke masa. Proses islamisasi
dilakukan dengan berbagai cara yang berbeda-beda dari masa ke masa. Misal pada
zaman rasulullah islamisasi bisa dilakukan dengan perdagangan, ataupun
peperangan, melihat kondisi budaya orang arab yang suka berdagang dan selalu
mengagung-agungkan pedang mereka (kekuatan). Hingga islamisasi yang dilakukan
para walisongo di tanah jawa, ;mereka (para wali) menyebarkan islam
(Islamisasi) dengan cara perdagangan, pernikahan, kesenian, dan lain-lain
sesuai dengan budaya-budaya jawa yang bisa menarik mereka dengan
pendekatan-pendekatan kebudayaan maupun sosial. Islamisasi sangat erat
hubungannya dengan kebudayaan, peradaban, dan keadaan sosial suatu masyarakat. Islamisasi
juga merupakan proses yang sangat penting dalam sejarah islam.[3]
B. Arabisasi
Ketika berbicara
mengenai Islamisasi maka tak lepas dengan sejarah munculnya islam yang terjadi
ditanah arab, yang mungkin bagi sebagian umat islam ketika berbicara tentang
orang arab maka itu berarti islam, maka dari itu banyak pula kosakata-kosakata
yang digunakan oleh orang islam dengan mengadopsi dari bahasa arab, yang
mungkin hal ini bertujuan untuk melekatkan keislaman secara internal maupun
eksternal. Seperti beberapa kosakata yang digunakan dalam perguruan-perguruan tinggi
di universitas-universitas islam, seperti : fakultas adab yakni untuk fakultas
sastra, fakultas Tarbiyah untuk mereka yang mengambil pendidikan, dan lainlain.
Yang mana hal itu dikenal dengan istilah arabisasi. Bahkan tidak hanya kosakata
kosakata arab saja, tetapi ketika sebagian orang islam melihat umat islam yang
lain dengan memakai jubbah arab, atau berjenggot panjang, ataupun berkebiasaan
makan kurma sebagaimana orang arab, maka itu adalah orang islam, padahal islam
merupakan agama yang yang datangnya murni dari allah, sedangkan
kebiasaan-kebiasaan orang arab atau biasa disebut budaya arab itu murni dari
manusia atau masyarakat itu sendiri, maka antara islamisasi dan arabisasi haruslah
dibedakan.
Jadi bisa
disimpulkan bahwa arabisasi merupakan proses pengaraban yang diambil dari
budaya-budaya orang arab, baik bahasa atau adat-adat kebiasaan orang arab yang
lainnya. Maka dari itu harus dibedakan antara islamisasi dan arabisasi,
walaupun sebagian orang juga ada yang berpendapat bahwa arabisasi dan
islamisasi itu dua proses yang hampir sama. Dan karena pengetahuan penulis
masih minim dan kurang, maka penulis minta maaf jika dalam penulisan atau
berpendapat masih kurang benar, karena penulis juga perlu masukan dan juga
keterangan lebih lanjut mengenai 2 hal tersebut yakni islamisasi dan arabisasi
dari bapak dosen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar